Pengertian Drama
Ilustrasi Drama
Drama adalah suatu bentuk cerita konflik sikap dan sifat manusia
dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan
percakapan dan gerak (action) di hadapan pendengar atau penonton (Asmara,
1983:5). Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu
dimensi sastra dan dimensi sastra pertunjukan. Meskipun drama ditulis dengan
tujuan untuk dipentaskan, akan tetapi tanpa dipentaskan sekalipun karya drama
tetap dipahami, dimengerti, dinikmati.
Drama merupakan salah satu genre sastra yang dianggap paling rumit.
Jika dibandingkan dengan genre sastra lain seperti puisi dan prosa tingkat
kompleksitasnya lebih tinggi. Dalam drama, biasanya terdapat prosa bahkan puisi
dalam bentuk dialog. Dialog inilah yang menjadi ciri khas drama. Dialog yang
dimaksud bukanlah dialog yang berbentuk narasi, akan tetapi dialog dalam
deretan peristiwa yang membentuk plot (Atmazaki, 2005:43).
Drama seperti sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang diceritakan
lewat pertunjukan. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama
adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung
(Hasanuddin, 1996:2). Melihat drama, penonton seolah melihat kejadian dalam
masyarakat. Kadang-kadang konflik yang disajikan dalam drama sama dengan konflik
batin mereka sendiri. Drama adalah potret kehidupan manusia, potret suka duka,
pahit manis, hitam putih kehidupan manusia.
Jenis-jenis Drama
Jenis drama berdasarkan masanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Drama Modern.
Drama modern adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan
kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Klasik.
Drama klasik adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan
lain sebagainya.
Jenis drama berdasarkan isi kandungan ceritanya dibedakan menjadi:
1. Drama Komedi.
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi.
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi
Komedi. Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera. Opera
adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon/Dagelan.
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang
gelak tawa penonton.
6. Operet. Operet
adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim.
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa
isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau. Tablau
adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh
dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie. Passie
adalah drama yang mengandung unsur agama/religi.
10. Wayang. Wayang
adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
Unsur-unsur Drama
Menurut Hasanuddin (1996:76-103) unsur intrinsik dalam sebuah drama
adalah sebagai berikut:
a. Tokoh, Peran dan Karakter
Tokoh, peran dan karakter ketiganya merupakan sesuatu yang berbeda
satu sama lain, namun biasanya menyaran pada hal yang persis sama dalam
kesatuan yang lebih luas pengertiannya yakni penokohan. Penokohan berkaitan
dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh (aspek fisikologis), keadaan
sosial tokoh (aspek sosiologis), serta karakter tokoh.
Tokoh biasanya diidentikkan sebagai pelaku dalam cerita, peran
dengan penempatan fungsi tokoh dan karakter sebagai perwatakan. Tokoh dalam
cerita menempati posisi yang sangat strategis sebagai pembawa pesan, amanah
ataupun sesuatu hal yang ingin disampaikan.
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, tokoh dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Tokoh protagonis,
yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu tokoh atau dua figur tokoh
protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat
sebagai pendukung cerita.
2. Tokoh antagonis,
yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang
cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.
3. Tokoh tirtagonis,
yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
b. Motif, Konflik, Peristiwa dan Alur
Suatu tindakan, perbuatan, atau laku tidak mungkin dilakukan begitu
saja dan tiba-tiba oleh para tokoh. Harus ada alasan (logika imajinatif)
tentang mengapa laku tersebut dilakukan oleh tokoh. Alasan tentang mengapa
suatu laku atau juga peristiwa terjadi dapat disebutkan dengan istilah motif.
Konflik dalam drama terletak pada suatu peristiwa atau kejadian,
maka pembaca harus menginterpretasikan konflik kedalam bagian yang paling dasar
yakni motif kokoh konflik itu muncul.
Alur drama merupakan hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok
peristiwa dengan peristiwa yang lain. Alur sebagai rangkaian peristiwa ini
saling berhubungan secara kausalitas sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah
drama. Motif, konflik, peristiwa dan alur kesemuanya saling membangun.
Istilah alur sering disandingkan dengan istilah plot. Plot adalah
berbagai peristiwa yang diseleksi dan diurutkan berdasarkan hubungan sebab
akibat untuk mencapai efek tertentu dan sekaligus membangkitkan suspense dan
suprise pada pembaca. Antara plot dan alur sebagai jalan cerita keduanya sama
karena mengandung peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas atau
sebab akibat.
Berdasarkan tahapanya, plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Tahap awal
(eksposisi). Pada tahapan awal diperkenalkan segala hal terkait jalan cerita.
2. Bagian tengah
cerita (komplikasi). Bagian ini mengembangkan konflik yang dimunculkan di awal
cerita.
3. Tahap
penyelesaian (denouement). Pada tahap ini menjawab pertanyaan bagaimana bentuk
penyelesaian sebuah cerita.
c. Latar dan Ruang
Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya
fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika
permasalahan drama sudah diketahui melalui alur dan atau penokohan, maka latar
dan ruang memperjelas suasana, tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku.
Latar memiliki tiga unsur pokok, yaitu:
1. Latar tempat,
yaitu penggambaran tempat kejadian di dalam naskah drama.
2. Latar waktu,
yaitu penggambaran waktu kejadian di dalam naskah drama.
3. Latar
suasana/budaya, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial
masyarakat di suatu tempat, mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, serta status sosial.
d. Penggarapan Bahasa
Penggarapan bahasa dalam drama mencakup pada bahasa yang
dipergunakan pengarang atau sering disebut stile atau style. penggunaan bahasa
menyangkut pada kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium drama,
bahasa harus relevan dan menunjang permasalahan-permasalahan yang hendak
dikemukakan, serasi dengan teknik-teknik yang digunakan, tepat dalam merumuskan
alur, penokohan, latar dan ruang, dan tentu saja semua itu bermuara pada perumusan
tema atau premisse naskah drama.
e. Tema (Presmisse) dan Amanat
Tema dan amanat dapat dirumuskan dari berbagai peristiwa, penokohan,
dan latar. Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang
dalam karyanya. Tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa yang
terkait dengan penokohan dan latar. Dikarenakan sebuah hasil, tema ini dapat
terlihat langsung dan jelas atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Namun,
sebuah tema pasti hadir karena inilah yang menjadi motif pengikat kesatuan
jalan cerita.
Tema selalu disandingkan dengan amanat. Amanat merupakan opini,
kecenderungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakannya. Amanat di
dalam drama dapat terjadi lebih dari satu, asal kesemuanya itu terkait dengan
tema.
f. Dialog dan Kramagung
Ciri khas suatu drama adalah naskah itu berbentuk cakapan atau
dialog. Sama halnya dalam kehidupan manusia, interaksi yang terjalin antara
orang-orang melalui percakapan atau komunikasi. Istilah dialog bisa diartikan
sebagai percakapan atau wawancang yang dilengkapi dengan kramagung. Wawancang
ialah ucapan atau dialog yang dilakukan tokoh cerita, sedangkan kramagung ialah
petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut
stage direction.
g. Babak dan Adegan
Ciri khas lain dari drama baik naskah atau pementasan yakni adanya
pembagian babak dan adegan. Babak merupakan bagian naskah drama yang
menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada urutan waktu
tertentu, atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan pada suatu
urutan waktu. Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh
perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih
tokoh. Babak dan adegan merupakan suatu kesatuan yang terjalin dari perubahan
latar dalam naskah atau pementasan drama.
Komentar
Posting Komentar